Minggu, 01 November 2015

KAMMA DAN BUAHNYA (MN 135:Culakammavibhanga Sutta; III 202-6)



1.       Demikianlah yang telah saya dengar. Suatu ketika Bhagava tengah berdiam di Savatthi  di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.
2.       Lalu sang siswa brahma Subb, putra Todeyya, menghadap Bhagavad an menyapa Beliau. Setelah perbindacangan yang santun dan ramah ini selesai, ia duduk di satu sisi dan bertanya kepada Bhagava:
3.       “Bhante Gotama, mengapakah manusia tampak hina dan mulia? Karena tampak orang-orang berumur pendek dan berumur panjang, berpenyakitan dan sehat, buruk rupa dan rupawan, tak berpengaruh dan berpengaruh, miskin dan kaya, terlahir nista dan luhur, dungu dan bijaksana. Mengapakah, Bhante Gotama, manusia tampak hina dan mulia?”
4.       “siswa, makhluk hidup adalah pemilik perbuatannya, pewaris perbuatannya; mereka berasal dari perbuatannya, terikat pada perbuatannya, bernaung pada perbuatannya. Perbuatannlah yang menentukan manusia menjadi hina dan mulia.”
“Saya tidak memahami secara rinci dari pernyataan Bhante Gotama, yang diutarakan-Nya secara singkat menguraikan artinya secara terperinci. Alangkah baiknya jika Bhante Gota bersedia mengajarkan kepada saya Dhamma agar saya bisa memahami secara rinci maksud dari pernyataan-Nya.”
“Jika demikian, Siswa dengarkan dan perhatikanlah secara seksama apa yang akan
Saya  katakan.”
“Baiklah, Bhate,” jawab Subha. Bhagaca mengatakan hal ini:
“Di sini, Siswa, seorang pria atau perempuan membunuh makhluk hidup, suka membunuh, bengis, suka pada pukulan dan kekerasan, tanpa kewelasan terhadap makhluk hidup. Karena melakukan dan menjalni perbuatan seperti itu, saat hancurnya tubuh, setelah mati, jika ia terlahir ulang dalam keadaan sengsara, di tempat buruk, di alam rendah, di neraka. Namun saat  hancurnya tubuh, setelah mati, jika ia tidak terlahir ulang dalam keadaan sengsara, di tempat buruk, di alam rendah, di neraka, tetapi sebaliknya ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia berumur pendek. Siswa inilah jalan yang menghasilkan umur pendek, yaitu seseorang membunuh makhluk hidup, suka membunuh, bengis, suka pada pukulan dan kekerasan, tanpa kewelasan terhadap makhluk hidup.”
5.       “Akan tetapi, Siswa, di sini seorang pria atau perempuan, dengan meninggalkan memusnahkan kehidupan, menghindarkan  diri dari memusnahkan kehidupan, dengan batang gada dan senjata yang disingkirkan, penuh kesungguhan, penuh kewelasan, ia berdiam dalam kewelasan terhadap semua makhluk hidup. Karena melakukan dan menjalani perbuatan seperti itu, saat hancurnya tubuh, setelah mati, ia terlahir ulang di tempat baik, di alam surgawi. Namun saat hancurnya tubuh, setelah mati, ia tidak terlahir ulang di tempat baik, di alam surgawi, tetapi sebaliknya kembai ke alam manusia, maka di  mana pun ia terlahir ulang, ia berumur panjang. Siswa, inilah jalan yang menghasilkan umur panjang, yaitu  dengan meninggalkan memusnahkan kehidupan, seseorang menghindarkan diri dari memusnahkan kehidupan, dengan batang gada dan senjata yang disingkirkan, penuh kesungguhan, penuh kewelasan, ia berdiam dengan kewelasan terhadap semua makhluk hidup.”
6.       “Siswa, di sini seorang pria atau perempuan terbiasa melukai makhluk hidup dengan tangan, dengan bungkalan, dengan tongkat, atau dengan belati. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu, saat hancurnya tubuh, setelah mati, ia terlahir ulang di alam sengsara… Nmun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia berpenyakit. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan keadaan berpenyakit, yaitu seseorang terbiasa melukai makhluk hidup dengan tangan, dengan bungkalan, dengan tongkat, atau dengan belati.”
7.       “Akan tetapi, Siswa, di sini seorang pria atau perempuan tidak terbiasa melukai makhluk hidup dengan tangan, dengan bungkalan, dengan tongkat, atau dengan belati. Karena melaksanakan dan pelakukan perbuatan seperti itu, saat hancurnya tubuh, setelah mati, ia terlahir ulang di tempat baik …. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia sehat. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kesehatan, yaitu seseorang tidak terbiasa melukai makhluk hidup dengan tangan, dengan bungkalan, dengan tongkat, atau dengan belati.”
8.       “Siswa, di sini seorang pria atau perempuan berwatak pemarah dan mudah marah; walaupun dikecam sedikit saja, ia tersinggung, menjadi marah, bermusuhan, dan membenci, serta menampakkan murka, benci, dan geram. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu …. Ia terlahir ulang di alam sengsara …. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia buruk rupa,. Siswa, inilah jalan menimbulkan buruk rupa, yaitu seseorang yang berwatak pemarah dan mudah marah … serta menampakkan murka, benci, dan geram.”
9.       “Akan tetapi, Siswa, di sini seorang pria atau pereterlahir nista. Siswa, di sini seorang pria atau perempuan tidak berwatak pemarah dan mudah marah; walaupun dikecam sedikit saja, ia tidak tersinggung, tidak menjadi marah, bermusuhan, dan dongkol, serta tidak menampakkan murka, benci, dan geram. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu,… ia terlahir ulang di tempat baik …. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia rupawan. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kerupawanan, yaitu seseorang yang tidak berwatak pemarah dan mudah marah … dan tidak menampakkan murka, benci, dna geram.”
10.   “Siswa, di sini seorang pria atau perempuan berhati dengki, yang iri hati, kesal, dan dongkol terhadap peruntungan. Kemulian, kehormatan, penghormatan, salam hormat, serta puja yang diterima orang lain. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di alam sengsara…. Namun sebaliknya, jika ia terlahir kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia tidak berpengaruh,. Siswa, inilah jalan yang meimbulkan tiadanya pengaruh, yaitu seseorang berhati dengki… pada peruntungan, kemuliaan, kehormatan, penghormatan, salam hormat, serta puja yang diterima orang lain.”
11.   “Akan tetapi, Siswa, di sini seorang pria atau perempuan tidak berhati dengki, yang tidak iri hati, kesl, dan dongkol, terhdap peruntungan, kemuliaan, kehormatan, penghormatan, salam hormat, serta puja yang diterima orang lain. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di tempat baik …. Namun sebaliknya, jika kembali terlahir ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir ulang, ia berpengaruh. Siswa, inilah jalan yang menjadikannya berpengaruh, yaitu seseorang tidak berhati dengki… terhadap peruntungan, kemuliaan, kehormatan, penghormatan, salam hormat, serta puja yang diterima orang lain.”
12.   “Siswa, disini seorang pria atau perempuan tidak bederma makanan, minuman, pakaian, wahana angkutan, untaian bunga, wewangian, balsan, tempat tidur, dan pelita kepada para petapa atau brahmana. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di alam sengsara…. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia miskin. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kemiskinan, yaitu seseorang yang tidak bederma makanan… dan pelita kepada petapa atau brahmana.”
13.   “Akan tetapi, disini seorang pria atau perempuan bederma makanan… dan pelita kepada para petapa atau brahmana. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di tempat baik…. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia kaya. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kekayaan, yaitu seseorang bederma makanan... dan pelita kepada para petap atau brahmana.
14.   “Siswa, di sini seoran pria atau perempuan keras kepala dan angkuh; ia tidak bersembah sujud kepada orang yang seharusnya diberi sembah sujud, tidak berdiri saat ia seharusnya berdiri di hadapn seseorang, tidak menawarkan tempat duduk bagi seseorang yang pantas duduk, tidak memberi jalan lewat bagi seseorang yang seharusnya diberi jalan lewat, serta tidak memuliakan, menghormati, memuliakan, dan memuja seseorang yang seharusnya dimuliakan, dihormati, dimuliakan, dan dipuja. Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu…  ia terlahir ulang di alam sengsara…. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia terlahir nista. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kelahiran nista, yaitu seseorang yang keras kepa dan angkuh… serta tidak tidak memuliakan, menghormati, memuliakan, dan memuja seseorang yang seharusnya dimuliakan, dihormati, dimuliakan, dan dipuja.”
15.   “Akan tetapi, Siswa di sini seorang pria atau perempuan tidak keras kepala dan angkuh; ia bersembah sujud kepad orang yang sehrusnya diberi sembah sujud, berdiri saat ia seharusnya berdiri di hadapan seseorang, menawarkan tempat duduk bagi seseorang yang pantas duduk, memberi jalan lewat bagi seseorang yang seharusnya diberi jalan lewat, serta memuliakan, menghormati, memuliakan, dan memuja seseorang yang seharusnya dimuliakan, dihormati, dimuliakan, dan dipuja. Karena melasnakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di tempat baik…. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, di mana pun ia terlahir ulang, ia terlahir luhur. Siswam inilah jalan yang menimbulkan kelahiran luhur, yaitu seseorang tidak keras kepala dan angkuh… serta tidak memuliakan, menghormati, memuliakan, dan memuja seseorang yang seharusnya dimuliakan, dihormati, dimuliakan, dan dipuja.”
16.   “Siswa, di sini seorang pria atau perempuan mengunjungi petapa atau brahmana serta bertanya:’ Yang Mulia, apa yang baik? Apa yang buruk? Apa yang tercela? Apa yang terpuji? Apa yang seharusnya ditanamkan? Apa yang seharusnya jangan ditanamkan? Perbuata seperti apa yang akan menimbulkan kerugian dan penderitaan saya untuk kurun waktu yang lama? Perbuatan seperti apa yang akn menimbulkan kesejahteraan dan kebahagian saya untuk waktu yang lama?’ Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di alam sengsara…. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia terlahir dungu. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kedunguan, yaitu seseorang tidak mengunjungi petapa ataupun brahmana serta menanykan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.”
17.   “Akan tetapi, Siswa, di sini seseorang atau perempuan mengunjungi petama ataupun brahmana serrta bertanya: ‘Yang Mulia, apa yang baik? Apa yang buruk?...  Perbuatan seperti apa yang akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi saya untuk waktu yang lama?’ Karena melaksanakan dan melakukan perbuatan seperti itu… ia terlahir ulang di tempat baik…. Namun sebaliknya, jika ia kembali ke alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ulang, ia terlahir bijaksana. Siswa, inilah jalan yang menimbulkan kebijaksanaan, yaitu seseorang yang mengunjungi petapa atau brahmana serta menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.”
18.   “Siswa, demikianlah, jalan yang menimbulkan umur pendek menjadikan orang berumur pendek, jalan yang menimbulkan umur panjang menjadkan orang berumur panjang; jalan yang menimbulkan keadaan berpenyakit menjadikan orang berpenyakit, jalan yang menimbulkan kesehatan menjadikan orang sehat; jalan yang menimbulkan keburukan rupa menjadikan orang buruk rupa, jalan yang menimbulkan kerupawanan menjadikan orang rupawan; jalan yang menimbulkan tiadanya pengaruh menjadikan orang tak berpengaruh, jalan yang menimbulkan pengaruh menjadikan orang berpengaruh; jalan yang menimbulkan kekayaan menjadikan orang kaya; jalan yang menimbulkan kelahirn nista menjadikan orang terlahir nista, jalan yang menimbulkan kelahiran luhur menjadikan orang terlahir luhur; jalan yang menimbulkan kedunguan menjadikan orang dungu, jalan yang menimbulkan kebijaksanaan menjadikan orang bijaksana.”
19.   “Makhluk hidup adalah pemilik perbuatannya pewaris perbuatannya; mereka berasalah dari perbuatannya, terikata pada perbuatannya, bernaung pada perbuatannya. Perbuatanlah yang membedakan manusia menjadi hina dan mulia.”
20.   “Setelah ini dibabarkan, sang siswa brahmana Subha putra Todeyya, berkata kepada Bhagava: “Menakjubkan, Bhante Gotama! Menakjubkan, Bhante Gotama!... [seperti dalam teks sebelumnya….]  Semoga Bhante Gotama bersedia menerima kami sebagai pengikut rumah tangga yang telah pergi bernaung sejak hari ini sampai akhir hayat.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut